TEORY MOTIVASI
David McClelland
Motivasi merupakan satu penggerak dari
dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi
juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan
menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses
untuk tercapainya suatu tujuan.
Seseorang yang mempunyai motivasi
berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam
kehidupan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi
yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat
seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan
pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang
atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di
pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi
seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan
oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa
sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker
membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu
salah satunya teori motivasi yang dikemukakan oleh David Clarence Mc Clelland.
David Clarence McClelland
(1917-1998) mendapat gelar doktor dalam psikologi di Yale pada 1941 dan menjadi
profesor di Universitas Wesleyan. McClelland
dikenal untuk karyanya pada pencapaian motivasi. David McClelland memelopori
motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model
motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode penilaian karyawan, serta
advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. David Clarence McClelland
mengungkapkan bahwa prestasi, kekuasaan dan pertalian merupakan tiga kebutuhan
penting yang membantu kinerja. Menurut McClelland, pada setiap diri individu
terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan akan prestasi (nAch-achievement) : dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, berusaha keras
untuk sukses. Ciri-ciri individunya:
a. Bekerja keras dan mengembangkan cara-cara baru dalam
menyelesaikan masalah.
b. Mempunyai tanggung jawab pribadi untuk menemukan
solusi pada problem yang ada.
c. Cenderung untuk menetapkan sasaran prestasi yang cukup
sulit dan mengambil resiko yang telah diperhitungkan.
d. Keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan balik yang
konkrit pada performance kerja.
e. Perasaan sangat menikmati tugas.
Kebutuhan prestasi
dianggap rendah, jika orang lebih suka tingkat resiko yang rendah pada tugas
dan memikul tanggung jawab bersama-sama pada tugas. Kebutuhan ini penting dalam
manajemen karena untuk sukses diperlukan dorongan untuk maju. Kebutuhan akan
prestasi akan muncul jika seseorang ditempatkan pada pekerjaan yang sulit akan
mati atau tidak aktif bila ditempatkan pada pekerjaan rutin dan tidak
menantang. Kita bukan saja perlu memahami perilaku manusia tetapi juga perlu
mengerti responnya terhadap lingkungan kerja. Pengayaan pekerjaan, penambahan
variasi kerja, otonomi dan tanggung jawab akan meningkatkan kinerja orang yang
kebutuhan akan prestasinya tinggi. Tapi, hal itu akan membuat frustasi orang
yang kebutuhan prestasinya rendah.
2. Kebutuhan akan kekuasaan (nPow-need for power): kebutuhan untuk
membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara orang-orang itu (tanpa dipaksa)
tidak akan berprilaku demikian. Ciri-ciri individunya :
a.
Ingin menanamkan
pengaruh dan kekuasaannya pada setiap orang, sehingga cenderung otoriter dan tidak mau dibantah.
b. Tidak mempunyai perasaan empati yang
tinggi.
c.
Ingin menunjukkan
kelebihan dirinya.
d. Teman adalah sarana untuk mencapai
tujuan.
e. Tidak toleran, terlalu tegas,
keharmonisan bukanlah merupakan hal yang utama.
3. Kebutuhan akan afiliasi (nAff-need for affiliation) : hasrat
untuk hubungan pribadi yang ramah dan akrab. Ciri-ciri indivudunya:
a.
Orientasi tingkah
laku mengarah pada hubungan interpersonal yang baik atau harmonis.
b. Mudah berempati, menyukai hubungan yang
harmonis dan keadaan santai.
c.
Biasanya merupakan
teman yang baik.
d. Toleransi besar, sehingga cenderung
tidak tegas.
e. Baginya lebih baik berkorban apa saja
dari pada kehilangan teman, karena kehilangan teman merupaakan suatu
penderitaan.
Orang dengan kebutuhan
akan afiliasi tinggi akan memilih pekerjaan dengan karakteristik pekerjaan yang
mungkinnya sering berhubungan dengan orang lain seperti petugas pemasaran,
guru, humas atau penyuluhan.
Contoh kasus
Dari teori
diatas, dapat muncul beberapa contoh pengaruh motivasi terhadap berbagai kasus
kebidanan yaitu pengaruh motivasi terhadap penanganan bidan pada asfiksia
neonatorum.
Performance
adalah hasil interaksi antara motivasi
dengan ability (kemampuan dasar). Dengan demikian orang yang tinggi motivasinya,
tetapi memiliki kemampuan dasar yang rendah akan menghasilkan performance yang
rendah, begitu pula halnya dengan orang yang sebenarnya mempunyai kemampuan
dasar yang tinggi tetapi rendah motivasinya. Motivasi diukur dengan menggunakan
indikator tanggung jawab, prestasi kerja, dan kerja sama. Motivasi bidan didorong karena tanggung jawab.
Sebagai contoh bidan berusaha keras untuk memperbaiki Upaya dalam penanganan asfiksia
neonatorum dengan melaksanakan standar pelayanan yang sudah dibakukan oleh
Depkes atau sesuai dengan standar prosedur pelayanan. Jika motivasi bidan
rendah dalam memperbaiki Upaya dengan tidak melaksanakan penatalaksanaan
asfiksia sesuai standar maka akan mengakibatkan tingginya angka kematian bayi
karena asfiksia.
Dan
motivasi bidan untuk berprestasi seharusnya dalam kategori baik. Sebagai contoh
bidan senantiasa berusahan bagaimana agar bisa mencapai kemajuan/prestasi
ketika menyelesaikan tugas – tugasnya sesuai dengan pedoman / standar. Motivasi
bidan yang baik akan berpengaruh pada baiknya Upaya bidan dalam penatalaksanaan
bayi baru lahir dengan asfiksia sehingga akan angka kematian bayi karena
asfiksia rendah. Jadi, jika menjadi seorang bidan kita harus mempunyai
pengetahuan esensial utamanya yang berhubungan dengan profesi kita sebagai
bidan.
Sedangkan
motivasi bidan untuk kerja sama dalam penatalaksanaan bayi baru lahir dengan
asfiksia kurang. Sebagai contoh, bidan menjawab tidak setuju pada item “Saya berusaha
untuk membina hubungan kerja sama yang baik dengan teman sejawat dan teman
lainnya dalam penatalaksanaan asfiksia neonatorum”. Hal ini disebabkan bidan
merasa lebih nyaman bekerja secara sendiri, namun bidan tersebut tidak tau
akibat buruk jika ia hanya mendominasikan ego. Kerja sama tim sangat diperlukan
dalam melaksanakan tugas profesi bidan. Dengan kerja sama tim akan memberikan
manfaat yaitu bidan akan terkontrol untuk bekerja sesuai dengan standar, jika ada permasalahan berkaitan bayi baru
lahir asfiksia akan mudah terselesaikan, pengembangan profesi bidan dengan tukar
pendapat terutama yang berkaitan dengan proses penolongan bayi.
Jadi dapat
disimpulkan, bahwa jika menjadi seorang bidan kita harus lebih mengutamakan
tanggung jawab, dan bekerja sama dengan teman sejawat atau tenaga kesehatan
lain bukan hanya dalam penanganan asfiksia saja namun juga dalam berbagai
masalah yang mungkin akan muncul dalam kebidanan. Untuk menjadi seorang bidan,
kita dituntut untuk mempunyai prestasi yang baik, sehingga kita mudah dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang muncul. Dalam hal ini, tidak ada ruginya
kita melakukan hal-hal tersebut, karena dampaknya tentunya akan kita rasakan
sendiri dan tentunya baik dan berguna bagi bidan dan semua orang.