Rabu, 06 Januari 2016

Teori Motivasi David McClelland

TEORY MOTIVASI
David McClelland


Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan.
Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu salah satunya teori motivasi yang dikemukakan oleh David Clarence Mc Clelland.
David Clarence McClelland (1917-1998) mendapat gelar doktor dalam psikologi di Yale pada 1941 dan menjadi profesor di Universitas Wesleyan. McClelland dikenal untuk karyanya pada pencapaian motivasi. David McClelland memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode penilaian karyawan, serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. David Clarence McClelland mengungkapkan bahwa prestasi, kekuasaan dan pertalian merupakan tiga kebutuhan penting yang membantu kinerja. Menurut McClelland, pada setiap diri individu terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan akan prestasi (nAch-achievement) : dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, berusaha keras untuk sukses. Ciri-ciri individunya:
a.   Bekerja keras dan mengembangkan cara-cara baru dalam menyelesaikan masalah.
b.  Mempunyai tanggung jawab pribadi untuk menemukan solusi pada problem yang ada.
c.  Cenderung untuk menetapkan sasaran prestasi yang cukup sulit dan mengambil resiko yang telah diperhitungkan.
d.  Keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan balik yang konkrit pada performance kerja.
e.  Perasaan sangat menikmati tugas.
Kebutuhan prestasi dianggap rendah, jika orang lebih suka tingkat resiko yang rendah pada tugas dan memikul tanggung jawab bersama-sama pada tugas. Kebutuhan ini penting dalam manajemen karena untuk sukses diperlukan dorongan untuk maju. Kebutuhan akan prestasi akan muncul jika seseorang ditempatkan pada pekerjaan yang sulit akan mati atau tidak aktif bila ditempatkan pada pekerjaan rutin dan tidak menantang. Kita bukan saja perlu memahami perilaku manusia tetapi juga perlu mengerti responnya terhadap lingkungan kerja. Pengayaan pekerjaan, penambahan variasi kerja, otonomi dan tanggung jawab akan meningkatkan kinerja orang yang kebutuhan akan prestasinya tinggi. Tapi, hal itu akan membuat frustasi orang yang kebutuhan prestasinya rendah.
2.  Kebutuhan akan kekuasaan (nPow-need for power): kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berprilaku demikian. Ciri-ciri individunya :
a.   Ingin menanamkan pengaruh dan kekuasaannya pada setiap orang, sehingga cenderung otoriter dan tidak mau dibantah.
b.  Tidak mempunyai perasaan empati yang tinggi.
c.   Ingin menunjukkan kelebihan dirinya.
d.  Teman adalah sarana untuk mencapai tujuan.
e.  Tidak toleran, terlalu tegas, keharmonisan bukanlah merupakan hal yang utama.
3.  Kebutuhan akan afiliasi (nAff-need for affiliation) : hasrat untuk hubungan pribadi yang ramah dan akrab. Ciri-ciri indivudunya:
a.   Orientasi tingkah laku mengarah pada hubungan interpersonal yang baik atau harmonis.
b.  Mudah berempati, menyukai hubungan yang harmonis dan keadaan santai.
c.   Biasanya merupakan teman yang baik.
d.  Toleransi besar, sehingga cenderung tidak tegas.
e. Baginya lebih baik berkorban apa saja dari pada kehilangan teman, karena kehilangan teman merupaakan suatu penderitaan.
Orang dengan kebutuhan akan afiliasi tinggi akan memilih pekerjaan dengan karakteristik pekerjaan yang mungkinnya sering berhubungan dengan orang lain seperti petugas pemasaran, guru, humas atau penyuluhan.

Contoh kasus
Dari teori diatas, dapat muncul beberapa contoh pengaruh motivasi terhadap berbagai kasus kebidanan yaitu pengaruh motivasi terhadap penanganan bidan pada asfiksia neonatorum.
Performance adalah hasil interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar). Dengan demikian orang yang tinggi motivasinya, tetapi memiliki kemampuan dasar yang rendah akan menghasilkan performance yang rendah, begitu pula halnya dengan orang yang sebenarnya mempunyai kemampuan dasar yang tinggi tetapi rendah motivasinya. Motivasi diukur dengan menggunakan indikator tanggung jawab, prestasi kerja, dan kerja sama.  Motivasi bidan didorong karena tanggung jawab. Sebagai contoh bidan berusaha keras untuk memperbaiki Upaya dalam penanganan asfiksia neonatorum dengan melaksanakan standar pelayanan yang sudah dibakukan oleh Depkes atau sesuai dengan standar prosedur pelayanan. Jika motivasi bidan rendah dalam memperbaiki Upaya dengan tidak melaksanakan penatalaksanaan asfiksia sesuai standar maka akan mengakibatkan tingginya angka kematian bayi karena asfiksia.
Dan motivasi bidan untuk berprestasi seharusnya dalam kategori baik. Sebagai contoh bidan senantiasa berusahan bagaimana agar bisa mencapai kemajuan/prestasi ketika menyelesaikan tugas – tugasnya sesuai dengan pedoman / standar. Motivasi bidan yang baik akan berpengaruh pada baiknya Upaya bidan dalam penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia sehingga akan angka kematian bayi karena asfiksia rendah. Jadi, jika menjadi seorang bidan kita harus mempunyai pengetahuan esensial utamanya yang berhubungan dengan profesi kita sebagai bidan.
Sedangkan motivasi bidan untuk kerja sama dalam penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia kurang. Sebagai contoh, bidan menjawab tidak setuju pada item “Saya berusaha untuk membina hubungan kerja sama yang baik dengan teman sejawat dan teman lainnya dalam penatalaksanaan asfiksia neonatorum”. Hal ini disebabkan bidan merasa lebih nyaman bekerja secara sendiri, namun bidan tersebut tidak tau akibat buruk jika ia hanya mendominasikan ego. Kerja sama tim sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas profesi bidan. Dengan kerja sama tim akan memberikan manfaat yaitu bidan akan terkontrol untuk bekerja sesuai dengan standar,  jika ada permasalahan berkaitan bayi baru lahir asfiksia akan mudah terselesaikan,  pengembangan profesi bidan dengan tukar pendapat terutama yang berkaitan dengan proses penolongan bayi.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa jika menjadi seorang bidan kita harus lebih mengutamakan tanggung jawab, dan bekerja sama dengan teman sejawat atau tenaga kesehatan lain bukan hanya dalam penanganan asfiksia saja namun juga dalam berbagai masalah yang mungkin akan muncul dalam kebidanan. Untuk menjadi seorang bidan, kita dituntut untuk mempunyai prestasi yang baik, sehingga kita mudah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang muncul. Dalam hal ini, tidak ada ruginya kita melakukan hal-hal tersebut, karena dampaknya tentunya akan kita rasakan sendiri dan tentunya baik dan berguna bagi bidan dan semua orang.